Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam Acara Press Conference - 4th Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) melanjutkan kebijakan moneter agresifnya. Setelah menaikkan suku bunga acuan masing-masing sebesar 50 basis points (bps) pada September dan Oktober, BI pada hari ini kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25%.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00%.

Dengan demikian, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 bps pada tahun ini, masing-masing 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, 50 bps pada Oktober, dan 50 bps pada November.

BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 5,25% adalah yang tertinggi dan menyamai posisi BI7DRR saat instrument tersebut diperkenalkan digunakan sebagai suku bunga acuan pada Agustus 2016 menggantikan BI rate.

@import url(“https://awscdnstatic.detik.net.id/live/_rmbassets/2022/parallax/parallax.css”);

ADVERTISEMENT

 

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai catatan, BI menggunakan BI Rate yang setara dengan dengan instrumen moneter 12 bulan sebelum Agustus 2016. Pada 19 Agustus 2016, BI menetapkan BI 7DRR sebagai suku bunga kebijakan.

Kenaikan bunga acuan sebesar 50 bps juga sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia. Dari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, delapan lembaga memperkirakan kubu MH Thamrin akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps sementara enam lembaga memproyeksi kenaikan sebesar 25 bps.

Gubernur BI Pery Warjiyo menjelaskan kenaikan suku bunga acuan merupakan langkahfront loaded, pre-emptive, danforward lookinguntuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi.

Inflasi inti mencapai 3,31% (year on year/yoy) pada Oktober 2022. Perry berharap BI inflasi inti kembali ke dalam sasaran 2-3% pada paruh pertama 2023. Dia menambahkan inflasi umum tahun ini kemungkinan ada di kisaran 5,6%, lebih rendah dibandingkan proyeksi awal di kisaran 6,3%.

“(Kenaikan juga untuk) memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” tutur Perry, dalam konferensi pers hasil RDG November, Kamis (17/11/2022).

Perry menjelaskan dolar AS melambung setelah bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) memberlakukan kebijakan ketat pada tahun ini. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan mereka (The Fed Fund Rate/FFR) sebesar 375 bps menjadi 3,75-4,00% pada Oktober.

“Kami memperkirakan puncak FFR sebesar 5% pada kuartal I 92023) dan tentu saja kita perkirakan itu akan menjadi turning pointnya,” tutur Perry.

 

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20221117170637-17-389047/bedah-kebijakan-bi-suku-bunga-acuan-naik-175-dalam-4-bulan.