Ekonom: BI Belum Perlu Naikkan Suku Bunga di H1-2022 (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia – Kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) oleh Bank Indonesia (BI) bisa berimbas terhadap suku bunga kredit perbankan. Meskipun disampaikan likuiditas masih begitu berlimpah.

Hal ini diungkapkan oleh Willem A. Makaliwe, Managing Director Lembaga Manajemen FEB UI dalam acara Squawkbox, CNBC Indonesia TV, Jumat (21/1/2022)

“Kalau GWM naik sebagian portofolio pada aset lain harus ditaruh dalam bentuk cadangan. Kalau katakanlah kredit sudah diberikan tidak mudah dengan kita menaikan GWM perbankan, tidak ada cara lain selain mendorong DPK (Dana Pihak Ketiga), supaya ditempatkan di GWM,” ujarnya.

“Sementara mendorong DPK, mau nggak mau akan pengaruhi kenaikan suku bunga,” jelasnya.

GWM akan naik secara bertahap hingga akhir kuartal III-2022 dan diperkirakan ‘menyedot’ likuiditas sekitar Rp 200 triliun.

Menurut Willem, langkah yang diambil BI tidak bersifat langsung. Artinya asumsi kenaikan bunga kredit biasanya ketika BI mulai menaikan suku bunga acuan. Namun untuk kali ini dibiarkan sesuai mekanisme pasar.

“Kebijakan ini salah satu satu kebijakan untuk mempengaruhi naik turunnya suku bunga tapi tidak dengan mengumumkan BI7DRRR, tetapi melalui menaikkan GWM,” jelasnya.

Hal yang berbeda diungkapkan oleh Ekonom Maybank Myrdal Gunarto. Menurutnya, likuiditas yang tersisa sekarang masih lebih dari cukup bagi bank untuk melakukan penyaluran kredit.

Kenaikan bunga kredit baru mungkin terjadi ketika BI7DRR naik.

“Belum. Tunggu tanggal main BI naik bunga moneternya dulu,” kata Myrdal dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia.

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220121104834-17-309312/bi-sedot-likuiditas-siap-siap-bunga-kredit-bank-bisa-naik.