Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga batu bara melesat setelah Uni Eropa menimbangkan sanksi baru kepada Rusia. Pada perdagangan Selasa (5/4/2022), harga batu bara kontrak Mei ditutup di US$ 280/ton, melonjak 8,25% dibandingkan hari sebelumnya.

Level harga US$ 280/ton adalah yang tertinggi sejak 15 Maret 2022 atau dalam 20 hari terakhir. Kenaikan tajam tersebut juga kembali mendekatkan harga batu bara ke level US$ 300/ton setelah melemah sejak pertengahan Maret.

Dalam sepekan, harga batu bara sudah menguat 11,08% tetapi dalam sebulan masih turun 31,21%. Dalam setahun, harga si batu hitam meroket 210,77%.

Lonjakan tajam harga batu bara dipicu oleh rencana Uni Eropa untuk memberikan sanksi baru terhadap Rusia. Sanksi baru termasuk larangan impor batu bara Rusia yang akan dilakukan Uni Eropa.

Baca:

Niat Pemerintah Bentuk Entitas Khusus Batu Bara Tetap Jalan!

Sebelumnya, Uni Eropa dan Dunia Barat juga sudah memberikan sanksi kepada Rusia, termasuk larangan pemblokiran sistem keuangan dunia Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). Rencana sanksi baru muncul setelah beredarnya foto-foto pembantaian warga sipil di Ukraina.

Berdasarkan data Badan Energi Internasional (IEA), pada tahun 2020, perdagangan global batu bara thermal mencapai 978 juta ton. Indonesia adalah eksportir terbesar untuk thermal batu bara dengan kontribusi hingga 40%. Australia ada di posisi kedua dengan porsi 20%, disusul kemudian dengan Rusia ( 18%).

“Sanski (sebelumnya) sudah berdampak dan membatasi opsi ekonomi dan politik Kremlin. Namun, kita butuh menaikkan tekanan kita kepada mereka,” tutur Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Selasa (5/4), seperti dikutip dari AP.

 

Baca:

Kontrak Tambang Batu Bara Kelar di 2023, Gimana Nasib Indika?

Von der Leyen memperkirakan nilai larangan impor negara Uni Eropa mencapai US$ 4,4 miliar per tahun sehingga diharapkan berdampak besar terhadap Rusia. Namun, ahli kebijakan energi Simone Tagliapietra mengatakan sanksi larangan impor batu bara dari Uni Eropa hanya simbolis semata. Dia menjelaskan Rusia mendapatkan ekspor batu bara ke Uni Eropa hanya menghasilkan penerimaan sebesar 20 juta euro/hari bagi Rusia.

Nilai itu, sangat kecil dibandingkan penerimaan dari minyak yang mencapai 850 juta euro per hari. Rusia memenuhi 19,3% pasokan impor batu bara Uni Eropa pada 2020 sementara minyak sebesar 36,5% dan gas alam sebesar 41,5%.

“Larangan impor batu bara menjadi penting karena mematahkan tabu di bidang energi. Namun, itu bukan penentu permainan. Menargetkan batu bara dalam sanksi pada saat ini terlalu simbolis, terlalu berhati-hati,” ujarnya kepada AP.

 

Baca:

Harga Batu Bara Naik 2,6%, Rekor Tertinggi dalam 10 Hari

Harga batu bara melonjak tajam sejak akhir Februari lalu setelah Rusia menyerangi Ukraina. Pada awal Februari, harga batu bara masih di bawah US$ 200/ton tetapi kemudian melonjak ke level US$ 300/ton dan bahkan mencetak rekor pada 2 Maret 2022 di level US$ 446/ton.

Harga batu bara kembali menurun sejak pertengahan Maret seiring adanya pembicaraan damai Rusia-Ukraina. Harga batu bara bahkan sempat jatuh beruntun pada 25-29 Maret 2022 sebelum akhirnya menanjak perlahan pada 30 Maret 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Brol! Batu Bara Ambrol 7%…

 

(mae/mae)

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220406055722-17-329124/breaking-news-harga-batu-bara-terbang-8.