A man in a business building is reflected on an electronic stock quotation board outside a brokerage in Tokyo, Japan, October 11, 2018. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik kembali ditutup beragam pada perdagangan Jumat (25/3/2022), di mana investor masih mengamati perkembangan konflik antara Rusia-Ukraina-Blok Barat dan mengevaluasi proyeksi global dari kebijakan moneter bank sentral negara maju.

Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 2,47% ke level 21.404,88, Shanghai Composite China ambles 1,17% ke 3.212,24, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melemah 0,67% ke posisi 7.002,53.

Sedangkan untuk indeks Nikkei Jepang ditutup naik 0,14% ke level 28.149,84, Straits Times Singapura menguat 0,41% ke 3.413,69, KOSPI Korea Selatan naik tipis 0,01% ke 2.729,98, dan ASX 200 Australia terapresiasi 0,26% ke posisi 7.406,2.

Indeks Hang Seng ditutup ambruk lebih dari 2% karena diperberat oleh saham teknologi China. Saham Alibaba ambles 5,62%, disusul saham Tencent ambrol 2,62%, JD.com ambruk 4,72%, dan Meituan anjlok 8,16%.

 

 

Kekhawatiran investor di kawasan tersebut terkait delisting saham China di Amerika Serikat (AS) terus menjadi fokus di mana Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menambahkan platform media sosial yakni China Weibo ke daftar saham China yang menghadapi risiko delisting dari AS.

Di lain sisi, saham produsen aluminium Rusia yang terdaftar di bursa Hong Kong yakni Rusal berhasil melonjak lebih dari 10% di awal perdagangan sebelum berbalik jatuh 5,74%.

Saham Rusal sempat jatuh pada awal pekan ini setelah perseroan mengatakan bahwa pihaknya sedang mengevaluasi dampak larangan yang diumumkan oleh pemerintah Australia terhadap ekspor alumina dan bijih aluminium ke Rusia.

Investor masih memantau perkembangan dari konflik antara Rusia-Ukraina-Blok Barat, di mana Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden untuk bertemu dengan para pemimpin Aliansi Pakta Atlantik Utara (North Atlantic Treaties Alliance/NATO) di Brussel, Belgia dalam rapat darurat.

NATO berjanji akan mengirim pasukan ekstra bersama dengan sayap timurnya. Inggris dan Amerika Serikat (AS) meluncurkan lebih banyak sanksi terhadap elit dan pejabat Rusia. Selain itu, AS mengumumkan miliaran lagi bantuan ke Ukraina.

Konflik yang berlarut dan perang sanksi dikhawatirkan melemparkan perekonomian dunia ke jurang resesi yang terutama memukul negara-negara dengan perekonomian yang belum bertumbuh pesat.

Di lain sisi, potensi sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang semakin hawkish juga menjadi fokus investor lainnya pada hari ini.

Pekan lalu, The Fed menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018. Ketua The Fed, Jerome Powell pada Senin awal pekan ini pun berjanji untuk “all out” melawan inflasi dan membuka pintu untuk kenaikan suku bunga 50 basis poin (bp) yang artinya lebih agresif.

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220325164615-17-326125/bursa-asia-ambruk-kena-sengat-isu-perang-rusia-ukraina.