Jakarta, CNBC Indonesia – Laju kenaikan kurs dolar Australia melawan rupiah akhirnya terhenti setelah menyentuh Rp 10.800/AU$. Kabar buruk dari China turut menyeret turun dolar Australia pada perdagangan Kamis (31/3).
Pada pukul 10:49 WIB, dolar Australia diperdagangkan di kisaran Rp 10.739/AU$, melemah 0,26% di pasar spot, melansir data dari Refinitiv. Kemarin, mata uang Negeri Kanguru ini juga turun 0,2%.
Setelah sebelumnya melakukan lockdown di beberapa wilayah, sektor manufaktur China kini mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam 5 bulan terakhir.
Data dari pemerintah China pagi ini menunjukkan purchasing managers’ index (PMI) manufaktur bulan Maret sebesar 49,5, turun dari bulan sebelumnya 50,2 dan lebih rendah dari prediksi ekonomi sebesar 49,7.
PMI manufaktur menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi sementara di atas 50 artinya ekspansi.
Kontraksi sektor manufaktur China bisa menjadi kabar buruk bagi perekonomian global. Sebab sebagai negara dengan nilai perekonomian dunia dan konsumen komoditas terbesar, kontraksi tersebut tentunya menurunkan permintaan dari negara lain.
Bahkan untuk Australia, China juga sangat penting sebab merupakan pasar ekspor terbesarnya. China berkontribusi lebih dari 30% terhadap total ekspor Australia. Sehingga kontraksi yang dialami sektor manufakturnya berisiko menurunkan permintaan.
Sektor non-manufaktur China bahkan terpukul lebih parah lagi. Maklum saja, dengan diterapkanya lockdown, aktivitas warga tentunya sangat dibatasi.
PMI sektor non-manufaktur China merosot menjadi 48,4 di bulan Maret dari bulan Februari 51,6. Kontraksi tersebut menjadi yang pertama dalam 7 bulan terakhir.
Di sisi lain, perekonomian Australia terus menunjukkan geliatnya. Data yang dirilis pagi ini menunjukkan jumlah izin membangun meroket 43,5% di bulan Februari dari bulan sebelumnya.
Data tersebut mengindikasikan sektor konstruksi Australia akan kembali berputar kencang ke depannya. Selain itu di pekan ini, Biro Statistik Australia melaporkan penjualan ritel di bulan Februari tumbuh 1,8% (month-to-month/mtm), lebih tinggi dari prediksi analis sebesar 1%.
Penjualan ritel Australia kini sudah tercatat tumbuh dalam 3 bulan beruntun. Membaiknya perekonomian Australia membuat mata uangnya meroket 2 bulan terakhir. Melawan rupiah, dolar Australia tercatat menguat 3% sepanjang bulan ini dan 2,7% pada bulan lalu.
Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220331110145-17-327561/china-beri-kabar-buruk-dolar-australia-ikut-terpuruk.