Jakarta, CNBC Indonesia – Harga emas dunia sedang dalam tren naik sejak bulan April lalu. Banyak analis yang memprediksi harganya terus akan menanjak, dan bahkan ada yang melihat harganya akan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa lagi.
Melansir data Refinitiv, harga emas pada hari ini naik sekitar 0,5% ke US$ 1.916/troy ons. Level tersebut merupakan yang tertinggi sejak 8 Januari lalu.
Sepanjang bulan Mei, harga emas mampu menguat 7,8%. Sementara bulan sebelumnya, logam mulia ini naik 3,6%.
#div-gpt-ad-1589441958861-0 iframe{ border: 0px; vertical-align: bottom; position: fixed !important; z-index: 1 !important; left: 0px; right: 0; margin: auto; }
Harga emas dunia mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 2.072,49/troy ons pada 7 Agustus tahun lalu. Artinya dari level saat ini, sampai ke rekor tersebut harga emas berjarak sekitar US$ 156, atau sekitar 8% lagi.
David Lennox dari Fat Prophets merupakan salah satu analis yang memprediksi harga emas akan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa lagi di tahun ini. Berbicara di acara Squawk Box Asia Senin kemarin, Lennox mengatakan inflasi yang tinggi di Amerika Serikat (AS) menjadi pemicu kenaikan emas.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (28/5/2021) lalu melaporkan data inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE). Data tersebut merupakan inflasi acuan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Inflasi PCE inti dilaporkan tumbuh 3,1% year-on-year (yoy) di bulan April, jauh lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya 1,8% yoy. Rilis tersebut juga lebih tinggi ketimbang hasil survei Reuters terhadap para ekonomi yang memprediksi kenaikan 2,9%. Selain itu, rilis tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Juli 1992, nyaris 30 tahun terakhir.
Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi. Ketika inflasi tinggi maka permintaannya akan meningkat, harganya pun naik.
Selain itu, pelemahan dolar AS juga dikatakan akan memicu penguatan emas.
Tanda-tanda berlanjutnya pelemahan dolar AS terlihat dari semakin banyaknya pelaku pasar yang mengambil posisi jual (short). Data dari Commodity Futures Trading Commission (CFTC) yang dirilis Jumat lalu menunjukkan posisi jual (short) dolar AS berada di level tertinggi sejak akhir Februari.
Nilai net short dolar AS pada pekan yang berakhir 25 Mei dilaporkan sebesar US$ 27,89 miliar, naik tajam dibandingkan posisi net short sepekan sebelumnya US$ 15,07 miliar.
Naiknya posisi net short tersebut menunjukkan semakin banyak pelaku pasar yang “membuang” dolar AS sebab diprediksi nilainya akan akan melemah.
“Saya pikir pelemahan dolar masih akan berlanjut, hal itu menjadi sangat bagus bagi emas dan logam mulia lainnya,” kata Lennox.
Lennox juga memberikan saran melihat harga emas yang berpotensi mencetak rekor ada 2 hal yang bisa dilakukan dalam berinvestasi. Yang pertama adalah investasi di emas ETF.
“Pada tahap ini, jika harga emas menunjukkan kenaikan yang solid, maka anda harus berinvestasi di emas ETF, dimana anda akan mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga,” kata Lennox.
Di Indonesia berinvestasi di emas ETF belum tersedia, tetapi tentunya bisa berinvestasi di emas fisik yang juga akan memberikan keuntungan dari kenaikan harga.
Selain itu, Lennox juga menyarankan untuk berinvestasi pada saham perusahaan tambang emas.
“Perusahaan tambang memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi di masa depan, dan mereka juga membagikan deviden, jadi anda akan mendapat keuntungan sedikit lebih banyak,” tambahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA