Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Senin (7/3/2022), di mana investor kembali cenderung mengabaikan sentimen konflik antara Rusia-Ukraina yang belum mereda hingga kini.

Investor di pasar SBN cenderung melepasnya pada hari ini, ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di seluruh SBN acuan.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor satu tahun menjadi yang paling besar penguatannya pada hari ini, yakni menguat 9,9 basis poin (bp) ke level 2,937%.

Sedangkan yield SBN berjatuh tempo 25 tahun menjadi yang paling kecil penguatannya pada hari ini, yakni naik 0,5 bp ke level 7,236%

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara menguat 7,6 bp ke level 6,713% pada perdagangan hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

 

 

Naiknya yield SBN acuan pada hari ini terjadi di tengah koreksinya pasar saham global, termasuk di dalam negeri. Meski di pasar aset berisiko cenderung dilepas investor, tetapi mereka juga tidak memburu obligasi pemerintah RI pada hari ini.

Tak hanya di Indonesia saja, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) juga berpotensi menguat pada hari ini.

Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung naik 0,5 bp ke level 1,727%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu di level 1,722%.

Ketegangan antara Rusia dengan Ukraina hingga kini masih belum menunjukkan damai, meski upaya perundingan terus dilakukan oleh kedua belah pihak.

Rusia terus menyerang Ukraina untuk mencegah pemerintah nasionalistis di bawah presiden Zelensky bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan menghentikan serangan mereka terhadap wilayah Ukraina yang pro-Rusia yakni Krimea, Donetsk dan Luhansk.

Negara Barat pun mengenakan sanksi ekonomi untuk mengisolasi Rusia dari ekonomi global, tapi itu tak menghentikan langkah Kremlin menggempur pemerintahan Volodymyr Zelenskyy.

Terbaru, AS dan sekutunya berencana untuk mengembargo atau memblokade minyak mentah dan gas bumi (migas) Rusia.

Kebijakan tersebut, jika benar dijalankan, diprediksi memicu stagflasi global, di mana inflasi melesat sementara pembukaan lapangan kerja stagnan karena kondisi perekonomian yang belum membaik.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken kepada NBC pada Minggu kemarin menyatakan bahwa Washington “sangat aktif berdiskusi” dengan pemerintah di Eropa mengenai rencana blokade migas Rusia.

Hal ini membuat harga minyak dunia kembali melesat dan menyentuh level tertingginya sejak 2008, sebelum kemudian berangsur mereda. Harga minyak acuan internasional jenis Brent melesat hingga 7,8% ke kisaran US$ 127,44/barel, sementara minyak jenis WTI melonjak 7,7% menjadi US$ 124,6/barel.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(chd)

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220307182448-17-320732/investor-kembali-abaikan-perang-harga-sbn-kompak-melemah.