Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

CNBC Indonesia, Jakarta –

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan sesi I Selasa (20/12). Beberapa sentimen domestik menjadi faktor pemberat IHSG.

IHSG ditutup di zona merah pada level 6729.05 atau turun sebesar 0,75%. Sepanjang perdagangan IHSG terus turun dan bahkan sempat menyentuh level terendah yaitu 6.715,04.

ADVERTISEMENT

 

SCROLL TO RESUME CONTENT

Berdasarkan data statistik RTI business, tercatat sebanyak 13 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 660 ribu kali serta nilai perdagangan mencapai 7,7 triliun rupiah.

Terdapat 354 saham mengalami koreksi, 156 saham menguat dan 174 lainnya konsisten tidak berubah.

Sektor perbankan-finansial menjadi sektor dengan kinerja yang mengecewakan hari ini. Mayoritas saham yang melantai di BEI melemah. Saham perbankan berkapitalisasi pasar ‘jumbo’ secara mayoritas terkoreksi pada perdagangan sesi I dan turut membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini.

Per pukul 11:30 WIB, saham BBCA jebol 1,16% menjadi Rp.8.550/unit, sebelumnya BBCA ditutup di harga Rp.8650/unit. Berikutnya saham BBRI anjlok 1,01% atau turun 60 poin menjadi Rp.4.910/unit, adapun rata-rata harga saham BBRI per unit yang diperdagangkan hari ini yaitu 4.942,30 rupiah. Saham BBNI juga mengalami hal yang sama dengan penurunan sebesar 0,80%. Dilain sisi, hanya saham BMRI yang terpantau stagnan di harga 10.000 rupiah per lembar saham.

Selain sektor perbankan-finansial, sektor energi juga menjadi salah satu faktor koreksi IHSG pada perdagangan siang ini. Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat (laggard) paling besar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 6,64 indeks poin. BYAN mengalami koreksi sebesar 1,41% menjadi Rp.13.950/unit. Meski turun, secara analitik, performa BYAN dalam seminggu masih menguat 5,88%.

Kinerja BYAN pada perdagangan kali ini sejalan dengan turunnya harga batubara dunia. Berdasarkan data statistic dari Trading Economics, harga batubara dunia terpantau melandai 0,90% menjadi $401,35/ton.

Disisi yang sama, saham milik PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) juga mengalami kemunduran. Saham perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan perdagangan batubara dan transportasi darat tersebut turun sebesar 2,09%.

Dari sektor teknologi, GOTO terpantau ambles 3,26% ke posisi harga Rp.89/saham, melanjutkan tren pelemahan selama tiga hari perdagangan beruntun. Padahal pada perdagangan Kamis pekan lalu, saham GOTO sempat bangkit dan sempat kembali diperdagangkan mendekati level psikologis Rp 100/saham tepatnya 97 rupiah.

Sebelumnya, melonjaknya saham GOTO pekan lalu terjadi setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham GOTO ke dalam radar bursa, akibat adanya peningkatan harga saham yang di luar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA).

Masih dari sektor teknologi, investor wajib mencermati kinerja perusahaan berbasis teknologi. Kinerja saham emiten teknologi akan berat di tengah perekonomian global yang menantang. Selain GOTO, Pada perdagangan sesi I, Saham emiten lain yang mengalami kemunduran signifikan yaitu ATIC (-3,54%), NFCX (-3,11%) WIRG (-3,03%) dan BUKA (1,52%).

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20221220114318-17-398459/ihsg-ambruk-saham-saham-jagoan-bertumbangan.