Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,53% di level 6.626,87 kemarin, Kamis (20/1/2022). Penguatan ini akhirnya terjadi setelah sebelumnya merosot tiga hari beruntun dengan persentase sebesar 1,55%.

Meski demikian, perjuangan IHSG untuk kembali menguat pada perdagangan Jumat (21/1) diprediksi akan berat. Prediksi ini mempertimbangkan adanya tekanan dari dalam dan luar negeri.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kemarin memutuskan bakal mulai menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap hingga akhir kuartal III-2022. Kebijakan ini tentu akan mengurangi likuiditas di perbankan yang secara tidak langsung bakal berdampak pada IHSG.

Kenaikan GWM tiga kali pada 2022, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, diperkirakan menyedot likuiditas sekitar Rp 200 triliun dari sistem perbankan.

Kebijakan tersebut tentunya bisa memberikan tekanan ke sektor finansial khususnya perbankan yang memiliki bobot paling besar di IHSG.

Dari luar negeri, bursa saham Amerika Serikat (AS) masih belum berhenti merosot. Indeks Dow Jones melemah 0,9%, S&P 500 jeblok 1,1%, dan Nasdaq memimpin sebesar 1,3%. Terus merosotnya kiblat bursa saham dunia tersebut tentunya mengirim hawa negatif ke pasar Asia hari ini, tak terkecuali IHSG.

Secara teknikal, pelemahan IHSG Senin (10/1) membentuk pola Shooting Star yang menjadi sinyal penurunan harga. Benar saja, sejak saat itu IHSG kesulitan menguat, malah terus tertekan. Kemarin IHSG memang mampu menguat tetapi masih tertahan rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50) pada grafik harian yang berada di kisaran di kisaran 6.620 hingga 6.630.

jkseFoto: IHSG Harian
Foto: Refinitiv

Selama tertahan di bawahnya IHSG berisiko merosot. Apalagi, indikator stochastic pada grafik harian bergerak turun tetapi belum masuk wilayah jenuh jual (oversold).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya ketika belum mencapai oversold maka risiko penurunan harga cukup besar.

jkseGrafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Apalagi, stochastic pada grafik 1 jam untuk melihat potensi pergerakan dalam jangka pendek sudah masuk wilayah overbought.

Support terdekat kini berada di kisaran 6.600, penembusan di bawah level tersebut berisiko membawah IHSG turun ke 6.570, sebelum menuju 6.530.

Sementara itu jika mampu melewati MA 50 IHSG berpeluang menguat ke 6.660 hingga 6.680, sebelum menuju 6.700.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220121061354-17-309214/ihsg-belum-jenuh-artinya-masih-berat-untuk-nanjak.