Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (30/11/2021), di mana investor cenderung mengabaikan sentimen negatif dari Moderna yang melaporkan bahwa vaksin virus corona (Covid-19) yang beredar saat ini dirasa kurang efektif terhadap varian baru Omicron.

Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan menguatnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh SBN acuan. Hanya SBN bertenor 5 tahun yang cenderung stagnan di level 4,752%. Sementara, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara berbalik menguat 4,5 basis poin (bp) ke level 6,267%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor cenderung mengabaikan kabar buruk dari seputar Covid-19, di mana CEO Moderna, Stephane Bancel kepada Financial Times mengatakan bahwa vaksin yang beredar saat ini dirasa kurang efektif terhadap varian baru tersebut.

“Tidak ada di dunia, saya pikir di mana (efektivitas) berada di tingkat yang sama…seperti yang dimiliki Delta,” ungkap Bancel dikutip dari Reuters, Selasa (30/11/2021).

Dia mengatakan akan ada penurunan, namun harus menunggu data lebih lanjut. “Saya pikir itu akan menjadi penurunan materi, Saya tidak tahu berapa banyak karena kita butuh menunggu datanya. Namun seluruh peneliti yang saya ajak bicara, seperti ‘ini tidak akan baik-baik saja”.

Bancel juga membuka opsi memodifikasi vaksin saat ini. Sebab jumlah mutasi pada lonjakan protein yang digunakan virus menginfeksi sel tinggi. Kepada CNBC Internasional, dia mengatakan butuh waktu berbulan-bulan untuk memulai pengiriman vaksin yang bekerja melawan Omicron.

Alhasil, investor di Amerika Serikat (AS) kembali memburu pasar obligasi pemerintah pada hari ini, dilihat dari kembali melemahnya yield obligasi pemerintah AS (Treasury), setelah sempat menguat pada perdagangan kemarin.

Data dari CNBC International menunjukkan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) acuan bertenor 10 tahun turun sebesar 9,8 bp ke level 1,431% pada pukul 06:10 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Senin (29/11/2021) kemarin di level 1,529%.

Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga melemah 6,3 bp ke level 1,817% pada pagi hari ini, dari sebelumnya pada Senin kemarin di level 1,88%.

Sebelumnya, varian Omicron dideteksi pertama kali di Afrika Selatan dan masuk dalam Variant of Concern (VoC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO). Berikutnya virus tersebut sudah ditemukan di banyak negara lain seperti Botswana, Hong Kong dan Belgia.

Menurut catatan WHO, spesimen kasus pertama di Afrika Selatan dikumpulkan pada 9 November lalu. Saat ini, jumlah kasus terlihat meningkat hampir di setiap provinsi.

WHO juga menyebutkan varian ini memiliki strain atau mutasi yang banyak. Jumlahnya melebihi dari varian lain yang sudah terdeteksi yaitu Alpha, Beta, hingga yang masih mendominasi saat ini varian Delta. Sementara menurut ilmuwan genom di Afrika Selatan mengatakan varian ini punya mutasi dengan lebih dari 30 protein lonjakan kunci.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

(chd/chd)

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211130182621-17-295608/investor-abaikan-lagi-sentimen-omicron-yield-sbn-menguat.