US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Senin (23/5/2022) awal pekan ini, menandakan bahwa investor masih khawatir dengan kondisi perekonomian global secara luas.

Investor di pasar SBN kembali memburunya pada hari ini ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN tenor 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor ditandai dengan menguatnya yield dan melemahnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 30 tahun naik 0,4 basis poin (bp) ke level 7,281% pada perdagangan hari ini. Sedangkan yield SBN tenor 25 tahun cenderung stagnan di level 7,567%.

Sementara untuk yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali melemah 8 bp ke level 7,2%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Dari Amerika Serikat (AS), investor cenderung melepas surat utang pemerintah (US Treasury) dan mengalami penguatan yield pada hari ini.

Berdasarkan data dari CNBC International, yield Treasury tenor 10 tahun cenderung menguat 4,3 bp ke level 2,83% pada pukul 06:55 waktu AS atau pukul 17:55 WIB, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu ke level 2,787%.

Sebelumnya pada pekan lalu, yield Treasury bergerak lebih rendah, menandakan bahwa investor cenderung memburunya dan mencari tempat yang aman di obligasi pemerintah. Namun pada hari ini, tampaknya investor mulai kembali melepasnya.

Investor cenderung masih khawatir dengan kondisi ekonomi AS dan perekonomian global secara luas. Hal ini membuat pasar saham Negeri Paman Sam masih cenderung dilanda aksi jual.

 

Baca:

Dow Futures Kompak Bangkit, Sinyal Baik Buat Wall Street?

 

Aksi jual di pasar modal Negeri Paman Sam alias Wall Street pada pekan lalu terjadi setelah ekonom Goldman Sachs memperkirakan ada kemungkinan 35% ekonomi AS memasuki resesi dalam 2 tahun ke depan.

Investor, trader hingga manajer investasi menghabiskan beberapa bulan pertama tahun ini dengan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan berdampak besar pada saham yang harganya semakin ‘mahal’.

Akibatnya, investor cenderung melarikan diri dari saham-saham growth stock yang cenderung sensitif dengan kenaikan suku bunga acuan.

Sehingga, investor cenderung memburu surat utang pemerintah yang dianggap sebagai aset safe haven, karena mereka menilai bahwa ketidakpastian kondisi global masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan.

Pekerjaan bank sentral akan menjadi lebih sulit oleh faktor-faktor di luar kendalinya yang telah menambah tekanan inflasi tahun ini, termasuk kebijakan nol-Covid China dan agresi militer Rusia ke Ukraina.

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Investor Masih Semangat Memburu SBN, Harga SBN Menguat Lagi

 

(chd/vap)

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220523181740-17-341245/investor-borong-sbn-di-awal-pekan-yield-nya-turun-lagi.