John Riady/ Youtube

Jakarta, CNBC Indonesia – Saham perusahaan yang bergerak di bisnis digital (bank digital hingga layanan digital data center dan teknologi informasi) kini semakin menjadi perhatian. Bahkan belakangan ini ramai-ramai para taipan atau konglomerat Indonesia yang masuk ke sektor tersebut.

Tren teknologi informasi ini sangat dimanfaatkan oleh para taipan-taipan dan konglomerat di Indonesia yang mulai beralih ke bisnis digital.

Argha J. Karo Karo, Founder Creative Trading System mengatakan bahwa ada sejumlah hal yang mendorong taipan untuk masuk ke saham berkaitan dengan digital khususnya di tengah pandemi seperti ini.

“Keterbatasan gerak masyarakat dan minimnya akses terhadap bisnis konvensional sektor membuat sektor digital kian bergairah. Kegiatan seperti belanja baik untuk leisure maupun kebutuhan pokok, pembelajaran, konsultasi dokter, pembayaran dan sektor finansial, mulai beralih ke digital,” kata Argha dalam program Investime CNBC Indonesia, Jumat (6/8/2021).

Argha mencontohkan, strategi yang dilakukan Grup Lippo baru-baru ini yang masuk berinvestasi di sektor teknologi dengan mendirikan PT Visionet Internasional (OVO).

Pergerakan grup yang dikendalikan oleh taipan Mochtar Riady ini sudah terjadi sebelum hype mengenai teknologi datang baru-baru ini.

Meskipun dikabarkan kepemilikan mayoritas Lippo di OVO sudah dijual kepada Grab, Lippo masih menjadi pemegang saham minoritas di aplikasi gerbang pembayaran ini.

Lippo yang kini dipegang oleh John Riady ini juga mulai masuk ke bisnis data center lewat anak usahanya PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), anak usaha dari PT Multipolar Tbk (MLPL).

Selanjutnya, Grup Salim yang berinvestasi di situs belanja iLotte (PT Indo Lotte Makmur) yang merupakan perusahaan belanja daring patungan antara Salim Group dan Lotte Group asal Korea Selatan.

Perusahaan yang dikendalikan oleh Anthoni Salim tersebut melihat potensi besar pada bisnis ekonomi digital yang prospek pertumbuhannya masih sangat baik di Indonesia.

Para taipan juga percaya bahwa bisnis digital yang dibangun dari nol memiliki prospek usaha yang cerah ke depannya. Salim juga masuk membeli saham emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII).

“Bukan di sahamnya, sekarang zamannya start-up, dibangun dari nol, karena itu konglomerat punya venture capital sendiri yang punya prospek jauh sebelum IPO [penawaran umum saham perdana]. Bukan via IPO dan after IPO,” ungkapnya.

 

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/investment/20210809084112-21-267088/kenapa-para-taipan-masuk-ke-saham-saham-emiten-digital.