Jakarta, CNBC Indonesia – Jagat pasar modal dalam negeri kembali dibuat heboh. Pasalnya seorang model bernama Novi Amelia diduga melakukan bunuh diri di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan akibat kerugian trading.
Beberapa media melaporkan bahwa salah satu pengakuan menyebut kematian tragis ini disebabkan karena kalah main saham.
Meski demikian pihak keluarga membantah bahwa apa yang terjadi adalah bunuh diri melainkan kecelakaan karena tidak sengaja terjatuh dari balkon apartemennya, dengan proses penyelidikan masih berjalan.
Sebelumnya, awal bulan ini (7/2/2022) seorang mahasiswa di Kota Tasikmalaya juga diduga bunuh diri akibat tertekan setelah mengalami kekalahan atau kerugian akibat trading online kripto.
Dilaporkan Detik, keterangan kakak perempuan korban kepada polisi menyebut bahwa pria berinisial CM (25) menggeluti trading crypto currency. Awal-awal menggeluti bisnis itu dia berhasil. Setidaknya dia mampu membeli mobil dan sepeda motor, termasuk mengontrak rumah sendiri. Polisi juga menemukan buku-buku tentang trading di kamar korban.
Awal tahu lalu (22/3/2021), pria berinisial A (27) juga tewas setelah loncat dari salah satu apartemen di Setiabudi, Jakarta Selatan. Polisi menyebut korban punya masalah ekonomi karena diduga merugi investasi saham.
Kejadian tersebut tentu kembali memperburuk image bermain saham atau melakukan investasi secara umum – belum lagi investasi bodong yang juga ikut menambah stigma negatif secara tidak langsung.
Kurangnya literasi pasar modal menyebabkan banyak orang awam berpikir bahwa trading atau investasi saham bak berjudi di mana apabila sang ‘penjudi’ kalah maka uangnya akan habis ditelan oleh bandar dan apabila menang maka uangnya akan bertambah berlipat ganda.
Persepsi inilah yang menyebabkan banyak orang awam ogah mengenal atau menyentuh dunia saham, banyak anak muda yang ingin mengenal dunia saham bahkan dilarang oleh orang tuanya karena persepsi ini.
Padahal kenyataan persepsi tersebut tidak benar, meskipun memang ada segelintir oknum yang doyan menjadikan pasar modal sebagai arena judi yang segera akan kita bahas.
Akan tetapi apabila investasi di pasar modal dilakukan dengan prinsip kehati-hatian dan pengelolaan uang yang baik, maka bisa dikatakan investasi ini tergolong aman.
Perlu diingat juga, hal yang disebut judi adalah spekulasi dan kerugian 100% di meja judi. Duit ludes seusai dengan taruhannya. Sementara itu saham adalah investasi, perdagangannya dijaga oleh otoritas bursa, Bursa Efek Indonesia (BEI) dan otoritas pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Aturan juga ketat, laporan keuangan diaudit, manajemen risiko juga diterapkan, semua hal yang berbasis GCG (tata kelola yang baik) juga berlaku.
Dari sisi perdagangan ada mekanisme suspensi saham, auto reject atas dan bawah yang membatasi kenaikan penurunan dalam sehari. Jadi semua hal ini mempertegas perbedaan dengan judi yang dimaksud kendati tingkat spekulasi juga ada.
Dalam hal kinerja, tengok saja indeks-indeks unggulan di pasar modal baik indeks IHSG, LQ45, atau IDX30 yang terus menerus naik dalam kurun waktu 5 bahkan hingga 10 tahun terakhir meskipun diserang pandemi.
Dengan demikian, apabila muncul kasus seperti ini di pasar modal sejatinya hal ini terjadi bukan karena pasar modalnya akan tetapi lebih ke sang investor, seberapa besar dana, dan penempatan saham.
Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220221120954-17-316962/makin-banyak-bunuh-diri-karena-investasi-boncos-salah-siapa.