Menimbang Prospek Saham Perbankan Jelang Pengumuman Suku Bunga BI

Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pergerakan saham emiten perbankan cukup bervariatif. Saham emiten bank menengah dan kecil mendominasi top gainers selama bulan Juli 2022. Keempat saham sektor keuangan yang naik tinggi bulan ini didominasi oleh saham bank lapis bawah.

Di urutan pertama yakni saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dengan kenaikan 39,59% secara month-to-date (mtd), disusul saham PT Bank Mestika Dharma Tbk (BBMD) dengan kenaikan 17,09%. Di posisi ketiga ada saham PT KB Bukopin Tbk (BBKP) yang naik 14,92%, dan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan kenaikan 13,81%.

Analis Panin Sekuritas Christian Anderson Yuwono menilai, secara teknikal, tren saham bank kecil-menengah ini sudah cukup terkonfirmasi mulai masuk fase reversal ke bullish trend-nya. Dus, dia menilai masih ada potensi pergerakan upside untuk saham bank kecil menengah.

“Sentimen suku bunga juga merupakan katalis yang bisa mendorong pergerakan saham bank,” terang Christian, Selasa (19/7).

Sementara untuk saham big banks seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) secara jangka pendek bisa manfaatkan untuk akumulasi.

Sebab, secara teknikal saham-saham ini ada potensi rebound ke resisten MA200. Namun, secara tren jangka menengah harus berhati-hati karena harga sudah bergerak di bawah MA200, yang artinya mulai bergerak downtrend.

“Untuk BBYB dan BRIS bisa manfaatkan buy on weakness,” terang dia.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Eka Savitri mempertahankan rating overweight di sektor perbankan. Saham BMRI dengan rekomendasi beli di target harga Rp 9.500 dijadikan sebagai pilihan utama alias top picks di sektor ini.

Laba bersih emiten perbankan yang berada dalam cakupan analisis Savitri menunjukkan hasil yang baik. Sepanjang lima bulan pertama 2022, raihan laba bersih emiten perbankan telah mencapai 44,5% dari proyeksi 2022. Laju laba bersih ini didorong oleh pertumbuhan pinjaman sebesar 10,0% yoy pada Mei 2022.

Sementara itu, net interest margin (NIM) tahunan menyentuh  level 5,5% dengan mixed cost of fund (CoF) yang lebih rendah, yakni sebesar 1,4%.

Namun ke depan, Savitri meyakini ruang penurunan mixed cost of funds sudah minimal seiring kebijakan pengetatan moneter Bank Indonesia (BI) melalui kenaikan Rasio Persyaratan Cadangan atau Reserve Requirement Ratio (RRR) secara bertahap dan prospek kenaikan suku bunga di paruh kedua 2022.

BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan laba bersih emiten perbankan dalam cakupannya akan tumbuh 21,1% yoy, yang didukung oleh sejumlah faktor. Pertama, ekspansi NIM menjadi 5,8%. Kedua, peningkatan CoF sebesar 11 basis points (bps) menjadi 2,0% berkat likuiditas yang dapat dikelola

Ketiga, adanya pertumbuhan  biaya operasional sebesar 8,1% yang menghasilkan Rasio Cost-to-Income (CIR) sebesar 46,1%. Keempat, biaya kredit yang lebih rendah sebesar 196 bps. Ini karena sebagian besar bank telah meningkatkan provisi (cadangan) mereka di 2020-2021.

“Jika kita mengecualikan dampak dari konsolidasi PNM dengan Pegadaian ke dalam pembukuan BBRI, bottom line untuk sektor perbankan di 2022 diperkirakan tumbuh sebesar 18,9% yoy,” kata Savitri.

BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham BBNI dengan target harga Rp 10.700, beli saham PT BTPN Syariah Tbk (BTPS) dengan target harga Rp 3.800, beli saham BRIS dengan target harga Rp 1.900, beli saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan target harga Rp 2.500, beli saham PT BPD Jatim Tbk (BJTM) dengan target harga Rp 900, dan hold saham BBCA dengan target harga Rp 7.800.

Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo dan Rizkia Darmawan juga mempertahankan rating overweight di sektor perbankan. Mirae Asset berpandangan, peningkatan profitabilitas bank akan terus berlanjut, meskipun terdapat beberapa tantangan dalam perekonomian domestik.

Pilihan utama Mirae di sektor ini adalah BBRI, BMRI, dan BBCA, dengan target harga masing-masing Rp Rp 5.350, Rp 10.200, dan Rp 9.575.

Hanya saja, risiko dari rekomendasi ini diantaranya adanya pembatasan mobilitas, meningkatnya inflasi, pertumbuhan kredit yang lebih lambat, hingga memburuknya kualitas aset perbankan.

Mirae Asset memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga BI7DRR sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,0%  pada semester kedua 2022, dengan masing-masing kenaikan 25 bps di kuartal ketiga 2022 dan 25 bps di kuartal keempat 2022.

”(Kenaikan suku bunga ini) untuk mengimbangi inflasi yang kemungkinan akan tetap tinggi di paruh kedua 2022,” tulis Handiman dan Rizkia dalam riset, Kamis (14/7).

  •  
  •  

  •  

  •  

  •  

  • INDEKS BERITA

     

Tag
  • rekomendasi saham
  • BBCA
  • BBRI
  • BMRI
  • BBNI
  • BBYB
  • BRIS
  • Suku Bunga
  • Bank Indonesia

<!–

–> <!–

Video Pilihan

–> <!– prev ivs script

–> <!–

–>

#ivsplayer01-container { position: relative;padding-bottom: calc(56.25% + 120px); background-color: lightgray;height: auto !important } #ivsplayer01-container > ivs-player {position: absolute; top: 0;left: 0; right: 0;bottom: 0; }  

Reporter: Akhmad Suryahadi
Editor: Tendi Mahadi

<!–

REKOMENDASI SAHAM

–>

Content retrieved from: https://investasi.kontan.co.id/news/menimbang-prospek-saham-perbankan-jelang-pengumuman-suku-bunga-bi.