Jakarta, CNBC Indonesia – Saham emiten e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) sempat ambruk hingga menyentuh auto reject bawah (ARB) 6,7% di level Rp 830/saham pada perdagangan Rabu (18/8) atau di bawah harga penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) Rp 850/saham.
Pada perdagangan akhir pekan lalu, saham BUKA ditutup turun 3,35% di Rp 865/saham dengan nilai transaksi harian Rp 626 miliar dan volume perdagangan 713 juta saham.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham BUKA hanya mencatat sekali auto reject atas (ARA) 25% di level Rp 1.060/saham pada listing perdana 6 Agustus silam.
Selebihnya saham BUKA ARB 6,76% Rp 1.035 (10 Agustus), ARB 6,76% Rp 965 (12 Agustus), ARB 6,81% Rp 890 (16 Agustus), dan ARB 6,7% Rp 830 (18 Agustus), sisanya merah dengan penurunan di bawah ARB.
Penguatan hanya terjadi pada Jumat saat listing (ARA), Senin 9 Agustus (+4,72% Rp 1.110), dan Kamis 19 Agustus (+7,83% Rp 895).
Branch Manager PT Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya ARB pada saham BUKA karena batas yang auto reject bawah yang terlalu rendah yakni 7%.
“Kenapa ARB? karena efek peraturan maksimum ARB di 7%. Kalau ARB dibuka 20% tentu nggak akan ARB terus-terusan jadi mungkin hanya satu hari atau kembali lagi,” katanya dalam program InvesTime, Kamis (19/8/21).
ARB bukanlah suspensi (penghentian sementara), tetapi batas maksimal penurunan yang ditolak oleh sistem perdagangan BEI.
Sebelumnya diberlakukan kebijakan auto rejection simetris yakni batas atas (ARA, auto reject atas) dan batas bawah (ARB) memiliki besaran yang sama di setiap fraksi harga.
Secara rinci, kelompok harga saham di rentang Rp 50-Rp 200 batas atas dan batas bawah 35%, rentang Rp 200-Rp 5.000 batas atas dan bawah 25%, dan rentang harga di atas Rp 5.000 batas atas dan batas bawah 20%. Jadi sebetulnya, sebelum pandemi, ARB sehari bisa 35%.
Chris menilai ada indikasi investor mencari keuntungan jangka pendek (trader harian) sehingga merealisasikan keuntungan dengan menjual saham BUKA di harga di atas IPO.
“Pergerakan harga BUKA merupakan harga normal, karena ketika IPO 2 hari langsung ARA, hari pertama naik 25%, hari kedua sempat ARA dan turun, jadi secara jangka pendek kenaikan harga cenderung naik signifikan sehingga beberapa orang yang ngerasa udah profit mereka profit taking makanya ARB,” sebutnya.
Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/investment/20210820110315-21-269879/oalah-ini-biang-kerok-saham-bukalapak-4-kali-kena-arb.