Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah saham bank digital lainnya ditutup melemah, saham emiten bank digital milik pengusaha nasional Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), eks Bank Harda, berhasil menghijau pada perdagangan hari ini, Rabu (13/10/2021).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level psikologis 6.500 dengan melesat 0,78% ke posisi 6.536,90.
Nilai transaksi hari ini mencapai Rp 17,79 triliun dan volume perdagangan mencapai 28,83 miliar saham.
Investor asing pasar saham masuk ke bursa RI dengan catatan beli bersih asing mencapai Rp 1,24 triliun di pasar reguler. Sementara, asing mencatatkan jual bersih di pasar negosiasi dan pasar tunai sebesar Rp 34,66 miliar.
Berikut kinerja saham bank digital pada perdagangan hari ini (13/10).
- Allo Bank Indonesia (BBHI), saham +1,19%, ke Rp 4.260/saham
- Bank QNB Indonesia (BKSW), -3,37%, ke Rp 172/saham
- Bank Jago (ARTO), -3,54%, ke Rp 12.250/saham
- BRI Agroniaga/Bank Raya (AGRO), -4,15%, ke Rp 1.850/saham
- Bank Neo Commerce (BBYB), -6,83%, ke Rp 1.160/saham
- Bank Capital Indonesia (BACA), -6,92%, ke Rp 296/saham
- Bank Aladin Syariah (BANK), -6,92%, ke Rp 2.420/saham
- Bank MNC Internasional (BABP), -6,98%, ke Rp 240/saham
Mengacu pada data di atas, dari 8 saham bank digital, hanya saham BBHI yang sukses ditutup menguat, yakni ke 1,19% ke Rp 4.260/saham. Nilai transaksi saham BBHI mencapai Rp 44,12 miliar hari ini.
Selasa kemarin, saham BBHI menjadi salah satu top gainers dengan ditutup melonjak 12,27% ke Rp 4.210/saham. Alhasil, dalam sepekan saham BBHI terkerek naik 16,08% dan dalam sebulan melesat 22,77%.
Kenaikan saham BBHI terjadi menjelang Allo Bank Indonesia akan menyelenggarakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPLSB) pada Jumat (15/10/2021) mendatang.
Adapun salah satu agenda RUPSLB tersebut adalah untuk menyetujui Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) alias rights issue dan peningkatan modal dasar perseroan.
Sebelumnya, manajemen BBHI menyatakan jumlah saham yang direncanakan untuk diterbitkan dalam penawaran umum terbatas (PUT) III atau rights issue ini adalah sebanyak-banyaknya 11.000.000.000 atau 11 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
“Jumlah ini setara dengan 94,15% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan pada saat keterbukaan informasi ini, dengan harga yang akan ditetapkan dan diumumkan kemudian di dalam prospektus PMHMETD dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku,” tulis manajemen BBHI.
PT Mega Corpora memiliki opsi untuk dapat mengalihkan sebagian atau seluruh dari HMETD yang menjadi haknya kepada investor tertentu
Dengan asumsi HMETD Mega Corpora dapat diambil sebagian oleh investor strategis dan sebagian dilaksanakan oleh Mega Corpora serta seluruh pemegang saham publik mengambil bagian atas HMETD, maka bagi pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETDnya akan terkena dilusi kepemilikan maksimum 48,49%.
Sementara, 4 saham menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 7% dan masuk ke daftar top losers bursa pada hari ini. Keempat saham tersebut adalah BBYB, BACA, BANK dan BABP.
Saham BBYB ambles 6,83%, menandai pelemahan selama 5 hari beruntun. Dalam sepekan saham BBYB anjlok 22,67% dan dalam sebulan melorot 20,27%.
Sebelumnya, perusahaan fintech PT Akulaku Silvrr Indonesia yang disokong Grup Alibaba milik crazy rich China, Jack Ma, resmi menjadi pengendali BBYB.
Hal ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang kedua untuk mengesahkan PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pengendali BNC pada 8 Oktober 2021
Saham BACA juga merosot 6,92% ke Rp 296/saham, melanjutkan pelemahan selama 3 hari terakhir.
Kabar terbaru, manajemen BACA menegaskan tidak ada pembeli siaga (standby buyer) dalam pelaksanaan rights issue perseroan.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Bank Capital, Wahyu Dwi Aji dalam penjelasannya kepada otoritas bursa mengenai rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau Penawaran Umum Terbatas IV perseroan.
Perseroan berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 20 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100. Harga pelaksanaan sendiri belum ditetapkan. Namun, jika mengacu pada harga terendah saham BACA di awal tahun yakni Rp 376/saham, potensi dana yang bisa diraih mencapai Rp 7,5 triliun.
Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211013170047-17-283691/saham-bank-digital-drop-berjamaah-allo-bank-ngacir-sendirian.