Dok.RS Grha Kedoya

Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan pengelola rumah sakit yang dikendalikan oleh Hungkang Sutedja, anak dari taipan The Ning King, yakni PT Kedoya Adyaraya Tbk, berencana melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Perseroan akan menawarkan sebanyak-banyaknya 185.940.000 (185,94 juta) saham baru dan dikeluarkan dari portepel perseroan yang mewakili 20% dari total modal disetor dan ditempatkan penuh.

Berdasarkan prospektus perusahaan yang terbit pada Senin (13/8/2021), nilai nominal saham baru tersebut Rp 500 per saham dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan setelah IPO.

Sementara, harga penawaran yang ditawarkan dalam IPO saham berkisar antara Rp 1.500 sampai dengan Rp 1.750 untuk setiap saham. Dengan demikian, maksimal dana yang bisa dikumpulkan dari IPO saham ini adalah sejumlah Rp 325,39 miliar.

“Jumlah seluruh nilai penawaran umum perdana saham ini adalah sebesar-besarnya sejumlah Rp 325.395.000.000,” kata manajemen Kedoya Adyaraya dikutip CNBC Indonesia, Jumat (13/8).

Dalam IPO ini, Kedoya memberikan mandat kepada PT Buana Capital Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi.

Rencananya, sekitar 14% dari total dana yang diperoleh dari IPO, setelah dikurangi seluruh biaya-biaya emisi saham, akan dialokasikan oleh Kedoya untuk pengembangan RS Grha Kedoya.

Kemudian dengan porsi yang lebih besar atau sekitar 45% dana IPO akan dialokasikan dalam bentuk pinjaman ke PT Sinar Medika Sejahtera (SMS) yang sebagian akan digunakan untuk pelunasan utang.

Rinciannya, 81% untuk pembayaran sebagian utang SMS di PT Bank Permata Tbk pada tahun 2021, 3% akan digunakan untuk pengembangan sistem teknologi informasi, sekitar 11% akan dipakai untuk modal kerja dan sisanya akan disalurkan ke SMF (PT Sinar Medika Farma) dalam bentuk pinjaman.

Sementara sisa lainnya dari dana IPO akan dialokasikan dalam bentuk pinjaman ke PT Sinar Medika Alam Sutera (SMAS), yang akan digunakan SMAS untuk pembangunan rumah sakit baru dan modal kerja berupa pemenuhan biaya persiapan pembukaan rumah sakit.

Adapun masa penawaran awal (bookbuilding) pada 12-24 Agustus 2021, perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 31 Agustus, perkiraan masa penawaran umum 2-6 September, perkiraan tanggal penjatahan 6 September, tanggal distribusi saham 7 September dan prediksi pencatatan saham di BEI pada 8 September mendatang.

Saat ini, pemegang saham Kedoya ialah PT Medikatama Sejahtera yang menggenggam 50% saham perusahaan, PT Bestama Medikacenter Investama (BSI) memegang 27,50% saham dan PT United Gramedo (UG) menguasai 22,50% sisanya.

Setelah IPO, porsi kepemilikan Medikatama di Kedoya menyusut menjadi 40%, BSI menjadi 22%, UG 18% dan masyarakat 20%.

Adapun pemegang saham pengendali perseroan saat ini adalah Medikatama. Pihak yang merupakan pemilik manfaat dari perseroan (ultimate beneficial owner) adalah Hungkang Sutedja anak The Ning King taipan Indonesia yang punya banyak perusahaan yang berkutat di sektor tekstil, industri baja, properti, pertambangan, energi, dan pertanian di bawah bendera Agro Manunggal.

The Ning King juga masuk 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2017 versi Forbes dengan kekayaan bersih US$ 450 juta atau setara Rp 6,5 triliun.

Prospektus PT Kedoya Adyaraya Tbk

Selain itu Hungkang Sutedja sendiri menjabat sebagai Komisaris Utama Kedoya Adyaraya dan juga secara paralel merupakan juga Direktur Utama PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP).

Perseroan merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia dengan nama PT Kedoya Adyaraya pada tanggal 11 Juni 1990.

Saat ini PT Kedoya Adyaraya bergerak di bidang aktivitas rumah sakit swasta, praktik dokter umum, praktik dokter spesialis, aktivitas praktik dokter gigi, pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh paramedis, perdagangan eceran barang farmasi di apotek, dan aktivitas poliklinik swasta.

Laporan keuangan menunjukkan, ada tren pendapatan sejak 2018, di mana pada 2018 pendapatan mencapai Rp 242,99 miliar, lalu 2019 naik menjadi Rp 284,70 miliar, dan 2020 menjadi sebesar Rp 294,92 miliar.

Sementara itu, laba pada 2018 mencapai Rp 12,72 miliar, lalu 2019 Rp 22,68 miliar dan 2020 agak turun menjadi Rp 19,99 miliar.

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20210813131026-17-268258/satu-lagi-calon-emiten-rumah-sakit-ipo-punya-crazy-rich-ri.