Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten bank digital, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) milik pengusaha nasional Chairul Tanjung, dalam proses melakukan Penambahan Modal dengan skema menerbitkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) III atau rights issue.
Perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak 10.047.322.871 (10,04 miliar) saham biasa atas nama atau sebesar 46,24% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah PMHMETD III dengan nilai nominal Rp100.
Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp 478/saham sehingga sehingga jumlah dana yang akan diterima dalam PMHMETD III ini sebesar Rp 4.802.620.332.338 (Rp 4,8 triliun).
Sebenarnya, semenarik apa nantinya setelah bank digital eks Bank Harda Internasional melakukan aksi korporasi tersebut?
Analis PT Senior Sucor Sekuritas, Edward Lowis mengatakan aksi rights issue akan membuat permodalan BBHI menjadi lebih kuat. Namun ada catatan yang harus dilihat setelah sebuah bank melakukan rights issue.
Dia mengatakan setelah melakukan rights issue, investor harus jeli untuk mencari tahu rencana bank di masa depan serta mengetahui dari segi layanan teknologi bank digital seperti apa yang akan diberikan pada nasabah.
“Sama seperti bank lain, rights issue permodalan jauh lebih kuat. kita harus cari tahu strategi apa yang mereka jalankan dan juga dari teknologi mereka bisa berikan pada nasabah,” kata Edward dalam program Investime CNBC Indonesia, Jumat (29/10/2021).
Menurutnya dari segi permodalan tidak akan cukup untuk menjadi bank digital jika pelayanan sama dengan bank konvensional. Namun perlu dilihat strategi untuk merangkul pada nasabah baru yang hingga saat ini belum digarap bank konvensional.
“Dengan rights issue, partner bagus, saya rasa upside ke depan akan terefleksi ke harga saham,” kata dia.
Sementara itu Edward menjelaskan prospek bank digital ke depan masih sangat bagus. Sektor ini akan menjangkau nasabah baru yang sebelumnya belum terjangkau layanan perbankan, sekitar 50-70% masyarakat belum memiliki akses perbankan.
“Bank konvensional belum memberikan layanan pinjaman masyarakat mungkin belum memiliki income memenuhi kriteria,” jelas Edward.
Edward menambahkan untuk berinvestasi bank digital, time frame memilih saham-saham sektor ini adalah untuk jangka panjang. Saat ini sektor tersebut masih dalam tahap awal, tahap pengembangan masih di awal sehingga akan terefleksikan dengan potensi sahamnya yang bertumbuh.
Untuk rekomendasi saham, dia memberikan pilihan kepada bank-bank yang sudah full digital tetapi faktanya masih terbatas. Beberapa bank mini malah masih dalam tahap penjajakan atau melakukan rights issue. Ada beberapa nama lain selain BBHI di antaranya PT Bank Jago Tbk (ARTO) dan PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB).
“Rekomendasi opsi bank digital sudah fully operated digital bank 3,4,5 nama, sisanya tahap penjajakan [mitra baru dan rencana rights issue],” ungkap Edward.

Sebelumnya, dalam surat kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Allo Bank Indonesia menjelaskan bahwa akan ada investor strategis yang ikut ambil bagian dalam aksi korporasi rights issue perseroan.
Beberapa investor strategis ini siap masuk menyerap sebanyak 29,13% saham baru yang akan diterbitkan perusahaan.
Hanya saja, manajemen BBHI diwakili oleh Direktur BBHI Ari Yanuanto Asah dan Sekretaris Perusahaan BBHI Kemal Suteja Sindi mengatakan informasi soal investor baru masih terbatas, karena sebatas informasi awal dari prospektus.
Dalam rights issue ini, perseroan akan menerbitkan saham baru sebanyak 10,04 miliar. Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp 478/saham sehingga sehingga jumlah dana yang akan diterima Rp 4,8 triliun.
Dalam aksi ini, pemegang saham mayoritas yakni PT Mega Corpora milik Chairul Tanjung hanya akan menyerap 30% dari seluruh saham baru yang akan diterbitkan perusahaan dalam rights issue.
Hal ini dilakukan untuk memenuhi ketentuan refloat sehingga kepemilikan perusahaan tersebut tidak melebihi 80% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perusahaan.
Untuk diketahui saat ini kepemilikan Mega Corpora di Allo Bank mencapai 90%, sehingga haknya dalam penawaran umum terbatas (PUT) ini akan dialihkan kepada beberapa investor strategis yang akan ditetapkan setelah bookbuilding nanti.
Jika seluruh saham baru yang ditawarkan dalam PMHMETD III setelah pelaksanaan sebagian HMETD dari Mega Corpora tidak seluruhnya diambil oleh pemegang saham perseroan lainnya atau pemegang bukti HMETD yang berhak, maka sisanya akan dialokasikan kepada para pemegang saham lainnya yang melakukan pemesanan lebih dari haknya secara proporsional berdasarkan hak yang telah dilaksanakan.
“Apabila setelah alokasi pemesanan saham tambahan, masih terdapat sisa saham dalam PMHMETD III ini, maka saham tersebut tidak akan dikeluarkan dari portepel,” tulis prospektus BBHI.
Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/investment/20211101090238-21-287959/semenarik-apa-saham-allo-bank-milik-ct-pasca-rights-issue.