Jakarta, CNBC Indonesia – Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) berbalik menguat pada perdagangan Selasa (12/10/2021), di tengah sentimen negatif di pasar keuangan global yang menekan pergerakan pasar saham Asia dan Amerika Serikat (AS).
Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 10 dan 20 tahun yang masih dilepas oleh investor dan mengalami kenaikan yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield acuan obligasi negara kembali menguat 0,9 basis poin (bp) ke level 6,372%. Sedangkan untuk yield SBN berjatuh tempo 20 tahun naik 3,3 bp ke level 7,23. Sementara itu, yield SBN dengan tenor 25 tahun cenderung stagnan di level 7,189% pada perdagangan hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sentimen negatif lebih mendominasi pasar keuangan pada hari ini, sehingga investor di obligasi cenderung kembali memburu SBN. Sentimen negatif yang pertama yakni krisis energi yang sampai saat ini belum mereda, di mana krisis energi kini disebut sudah mulai merambah ke AS.
Menurut catatan CNBC Indonesia, Negeri Adidaya pun mulai dihinggapi kecemasan soal krisis energi. Hal ini terlihat dari persediaan gas untuk musim dingin yang terbatas di AS.
Sedangkan yang kedua masih terkait dengan krisis keuangan Evergrande, di mana saat ini, pemegang obligasi luar negeri Evergrande masih akan menyimak dan bersiap untuk kabar buruk soal pembayaran kupon obligasi perusahaan senilai US$ 148 juta yang jatuh pada Senin kemarin.
Namun, harapan para pemegang obligasi luar negeri untuk mendapat pembayaran semi-tahunan untuk obligasi luar negeri yang jatuh tempo pada April 2022, April 2023 dan April 2024 tampaknya harus disimpan dalam-dalam lantaran Evergrande saat ini lebih memprioritaskan kreditur dalam negeri.
Di lain sisi, pergerakan yield SBN pada hari ini sebenarnya cenderung mengikuti pergerakan yield obligasi pemerintah AS (Treasury) yang juga terpantau melemah pada hari ini waktu AS. Namun, SBN bertenor 10 tahun, pergerakan yield-nya cenderung terbalik dengan yield Treasury bertenor sama yang terpantau melemah pada hari ini.
Dilansir data dari CNBC International, yield Treasury acuan bertenor 10 tahun turun 0,7 bp ke level 1,598% pada pukul 07:08 pagi waktu AS. Investor di AS masih merespons negatif dari data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP) periode September 2021 yang mengecewakan.
Pada September, data NFP tercatat sebesar 194.000 slip gaji, lebih rendah dari periode Agustus yang sebesar 366.00 slip gaji. Di lain sisi, investor juga akan memantau data inflasi AS terbaru pada periode September 2021 yang akan dirilis pada Rabu besok pukul 08:30 waktu AS atau pukul 19:30 WIB.
Data tenaga kerja dan inflasi terbaru tentunya akan menjadi acuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk menentukan kapan dimulainya program pengurangan pembelian aset atau tapering off.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(chd/chd)
Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20211012183533-17-283408/sentimen-negatif-menyeruak-lagi-harga-sbn-berbalik-menguat.