Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah sukses menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (23/2/2023). Sempat menguat 0,33% di pembukaan perdagangan, rupiah berakhir di Rp 15.185/US$, menguat tipis 0,1% melansir data Refinitiv.
Pelaku pasar merespon rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed). Dalam notula tersebut para pejabat The Fed memang melihat inflasi mulai menurun tetapi masih perlu melihat banyak bukti agar pede tren tersebut berlanjut.
“Para anggota mencatat data inflasi dalam tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan kenaikan harga secara bulanan, tetapi menekankan masih perlu bukti substansial yang menunjukkan inflasi turun lebih luas sehingga bisa yakin tren penurunan akan berlanjut,” tulis notula tersebut sebagaimana dikutip CNBC International.
@import url(“https://awscdnstatic.detik.net.id/live/_rmbassets/2022/parallax/parallax.css”);
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Para pejabat The Fed juga menegaskan periode kenaikan suku bunga masih perlu dilanjutkan.
Baca:Hati-hati The Fed Bisa Bawa IHSG Longsor |
Dalam notula tersebut juga terungkap beberapa pejabat The Fed sebenarnya ingin suku bunga dinaikkan sebesar 50 basis poin pada awal Februari lalu. Tetapi keputusan yang diambil sebesar 25 basis poin menjadi 4,5% – 4,75%.
Kenaikan tersebut menjadi yang terendah sejak Maret 2022 lalu, dan pelaku pasar sebelumnya melihat The Fed tidak akan agresif lagi.
Tetapi dengan penurunan inflasi yang tidak sebesar prediksi dan pasar tenaga kerja yang kuat, pasar melihat The Fed akan kembali agresif. Rilis notula dini hari tadi semakin menguatkan ekspektasi tersebut.
“Inflasi masih jauh di atas target 2%, pasar tenaga kerja masih sangat ketat yang terus membuat rata-rata upah naik sehingga tekanan kenaikan harga juga besar,” tulis notula tersebut.
Saat ini pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali lagi pada Maret, Mei dan Juni masing-masing sebesar 25 basis poin hingga menjadi 5,25% – 5,5%. Artinya, puncak suku bunga di AS akan lebih tinggi dari proyeksi yang diberikan The Fed akhir tahun lalu di 5% – 5,25%.
Ekspektasi tersebut bisa semakin kuat atau justru meredup pada Jumat saat rilis data inflasi PCE yang dijadikan acuan The Fed.
Jika inflasi PCE hanya turun tipis, ekspektasi tersebut akan semakin meningkat, apalagi jika sampai naik. Sementara jika menurun tajam, maka The Fed kemungkinan tidak akan agresif lagi.
Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20230223150754-17-416409/the-fed-belum-pede-inflasi-turun-rupiah-menguat-tipis.