wall street

Jakarta, CNBC Indonesia – Wakil Kepala Investasi Richard Bernstein Advisors Dan Suzuki memperingatkan saat ini pasar masih jauh dari titik terbawah dan investor masih gagal untuk memahami, terutama dalam hal pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan investasi.

“Dua kepastian di dunia yang penuh ketidakpastian saat ini adalah bahwa pertumbuhan laba akan terus melambat dan likuiditas akan terus mengetat,” tuturnya dikutip dari CNBC International pada Selasa (5/7).

Dia juga menambahkan bahwa saat ini bukan waktu yang tempat untuk terjun ke pasar gelembung atau bubble. Fenomena stock market bubble terbentuk ketika harga saham melonjak jauh di atas nilai wajarnya dalam waktu relatif cepat karena kecenderungan investor mengikuti tren dan didorong oleh tindakan spekulatif investor yang ingin mendapat keuntungan besar secara cepat.

 

Seperti gelembung sabun yang membesar tapi sebenarnya dalamnya kosong itulah keadaan yang menggambarkan kondisi gelembung saham. Menurutnya, reli saham teknologi baru-baru ini mungkin akan hancur.

Pada Selasa (5/7), bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka kembali setelah libur kemerdekaan, indeks yang berbasis teknologi yakni Nasdaq pulih dari penurunan sebanyak 216 poin dan ditutup lebih tinggi hampir 2%.

Hal serupa pada indeks S&P 500 yang telah menghapus sebanyak 2% penurunannya pada sesi sebelumnya. Sedangkan, indeks Dow Jones berakhir turun 129 poin setelah anjlok hingga 700 poin pada sesi sebelumnya.

 

Meskipun bursa saham Wall Street cenderung bergerak menguat kemarin, tapi investor masih harus waspada terhadap fenomena stock market bubble.

Pada Mei lalu, Suzuki mengatakan bahwa gelembung telah mencapai 50% di pasar dan dia menyarankan investor untuk bermain aman dengan mencari hal-hal yang melawan tren dan memiliki keuntungan mutlak.

Salah satunya, dengan investasi di China.

 

“Pasar di China lebih murah secara valuasinya dari likuiditas, mereka menjadi satu-satunya ekonomi utama yang mencoba memompa kembali likuiditasnya ke dalam perekonomiannya. Hal tersebut menjadi tren yang berlawanan di seluruh dunia,” tambahnya.

Suzuki percaya bahwa hal tersebut akan membawa ke kondisi ekonomi yang umumnya akan menguntungkan, selama pertumbuhan ekonomi terus berlangsung. Namun, investor masih harus tetap waspada.

Dengan menjaga likuiditas yang cukup, maka akan mendukung saham dan obligasi negaranya.

Suzuki juga mengatakan bahwa jika kita berada dalam perlambatan global yang pada akhirnya berubah menjadi resesi global, maka bukan saatnya untuk menginjak gas ke aset berisiko.

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/investment/20220706140146-21-353423/wajib-baca-awas-gelembung-saham-teknologi-terjadi-lagi.