Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan: (1) Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Desember 2022, (2) Profil Kemiskinan di Indonesia September 2022, dan (3) Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia September 2022. (Tangkapan Layar Youtube BPS Statistics)

Jakarta, CNBC Indonesia – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengingatkan bahwa laju inflasi ke depan harus tetap diwaspadai di tengah risiko ketidakpastian.

Margo mengungkapkan kondisi global yang belum menunjukkan kepastian pemulihan ekonomi harus diikuti oleh kewaspadaan dari pemerintah. Pertama, dia melihat risiko global yang patut diwaspadai karena ini akan berdampak pada perkembangan nilai tukar rupiah.

Menurutnya, perkembangan ini dapat mempengaruhi harga barang impor atau imported inflation.

ADVERTISEMENT

 

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Pengaruh nilai tukar ini perlu mendapatkan perhatian karena kita masih mengimpor beberapa pangan. Ini perlu menjadi catatan karena mempengaruhi harga pangan,” ungkapnya, dalam konferensi pers BPS, Rabu (1/9/2023).

Kedua, kata Margo, dinamika iklim dan cuaca serta bagaimana manajemen stok saat panen raya. Dia memandang perlu koordinasi yang kuat antar pusat dan daerah dalam pengendalian inflasi.

“Faktor cuaca dan musiman menjadi catatan tersendiri dan manajemen stok,” ungkapnya.

Ketiga, risiko kebijakan menaikkan harga komoditas yang diatur pemerintah. Hal ini bisa perlu dilakukan secara cermat karena akan berdampak pada inflasi secara keseluruhan. Dengan demikian, dampaknya bisa dikelola dengan baik.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi akan kembali ke level 2-4% pada akhir semester I-2023, seiring dengan turunnya harga komoditas global. Inflasi di Tanah Air telah menjadi momok yang menakutkan sejak melesat 5,9% pada September 2022.

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230201121418-4-410029/waspada-3-hal-ini-bisa-bikin-momok-ngeri-ri-muncul-lagi.