NEW YORK, NEW YORK - JULY 28: A

Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter mengingatkan tekanan inflasi yang terjadi di negara-negara maju akan menyebabkan pasar keuangan global diwarnai ketidakpastian global hingga 2023.

Deputi Gubernur BI Aida S Budiman menjelaskan, dari pengamatan BI, pertumbuhan ekonomi dunia akan semakin menurun di tahun depan, terutama berasal dari negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan negara berkembang seperti China.

Inflasi di negara berkembang atau emerging market saat ini sudah di atas 10%, sementara negara maju yang selama ini mengalami inflasi 0% sekarang sudah di atas 8%. Hal ini terjadi tak luput karena masih berlangsungnya tensi geopolitik Rusia dan Ukraina.

“Akibatnya semua energi, komoditas naik, berlanjut proteksionisme pangan, heat wave di China dan Eropa yang menerus memberikan tekanan inflasi,” jelas Aida dalam Diskusi Publik Memperkuat Sinergi untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian, Rabu (28/9/2022).

Untuk menahan laju inflasi tersebut, banyak negara terutama di negara Pam Sam, melakukan normalisasi kebijakan. BI memperkirakan Bank Sentral AS masih akan meningkatkan suku bunga acuan atau fed fund rate hingga 2023.

“Kita kenal istilah higher for longer yang menimbulkan ketidakpastian global dan pasar keuangan, diikuti Eropa. Sehingga mata uang dolar AS mengalami peningkatan tertinggi dalam sejarahnya dan mengalami tekanan cash is the king,” jelas Aida.

Kendati demikian, yang perlu diwaspadai ke depan adalah inflasi yang berasal dari volatile food atau pergerakan harga pangan.

“Kita perlu mewaspadai kondisi volatile food… Karena harga-harga komoditas pangan global masih berlanjut dan masih terdapat tantangan, karena cuaca yang belum kondusif,” jelas Aida.

Disamping itu, dalam menjaga inflasi yang berasal dari volatile food, Aida bilang seluruh daerah perlu untuk melakukan operasi pasar guna mengawasi produksi pangan, karena saat ini dalam satu waktu dan wilayah produksi pangan di berbagai daerah di Indonesia tidak merata.

“Kita harus punya fundamental terkait produksi supaya kuat antar waktu dan wilayah,” jelas Aida.

Jika benar Indonesia masuk resesi, apa yang bisa dilakukan:

Hindari Kepanikan

Ketika pasar finansial jatuh- di mana ditandai dengan IHSG yang melorot, nilai tukar rupiah yang depresiasi terhadap dolar AS, bank kesulitan likuiditas- maka satu hal yang harus dilakukan adalah tidak panik.

Jangan terbawa arus seperti ramai-ramai menarik dana di bank ataupun menutup usaha dan memecat Asisten Rumah Tangga (ART). Kepanikan bisa memperburuk keadaan.

Satu yang pasti, dana nasabah di bank itu aman 100%. Indonesia memiliki LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Singkat kata, apapun yang terjadi di bank, bahkan jika tutup, maka LPS-lah yang akan menanggung dana masyarakat.

Inti dari resesi adalah ketenangan dan pikiran jernih untuk tetap menatap masa depan.

Atur Lebih Cermat Keuangan

Mengatur pemasukan dan pengeluaran lebih detail adalah kunci selamat dari resesi ekonomi.

Ketika ekonomi jatuh, maka ada baiknya kencangkan ikat pinggang. Pos-pos pengeluaran yang bisa ditekan seperti berlangganan tv berbayar, sampai dengan hal kecil seperti mengirit pemakaian listrik bisa jadi kunci.

Yang bisa dilakukan antara lain, lunasi segera dari sedini mungkin tagihan kartu kredit. Pergi ke bank untuk segera restrukturisasi dengan menyerahkan kartu kredit dan mencicilnya secara konsisten.

Jauhkanlah langkah-langkah untuk jadi debitur bandel dengan tidak membayar tagihan-tagihan dan kewajiban. Ada baiknya melepaskan cicilan mobil yang berat. Over kredit secara resmi ataupun menjualnya dan menutup utang pokok bisa dilakukan.

Cash is The King!

Kumpulkan uang-uang anda yang berceceran. Maksudnya, investasi-investasi yang sudah menunjukkan pemburukan maka ikhlaskan-lah. Solusinya tarik yang masih ada dan pindahkan ke instrumen yang mudah dicairkan. Tabungan, emas, maupun perhiasan bisa jadi solusi.

Riset Deutsche Bank, rumah tangga di negara maju tercatat meningkatkan simpanan bank mereka secara signifikan, untuk menahan lebih banyak likuiditas di masa yang tidak pasti.

American Institute for Economic Research menuliskan menahan lebih banyak uang tunai selama masa-masa sulit bukanlah hal yang aneh. Uang kertas dan deposito adalah instrumen terbaik untuk mengatasi ketidaknyamanan ketidakpastian.

Karena instrumen ini cair dan stabil. Siapa pun yang memilikinya dijamin bahwa jika ada kebutuhan yang tidak terduga muncul, mereka dapat dengan cepat mengerahkan sumber dayanya untuk mengatasinya.

Tapi yang perlu diingat adalah, hati-hati dalam menyimpan uang banyak-banyak di rumah. Manfaatkanlah bank ataupun safe deposits box.

Winter is Coming

Jay Adkisson kontributor Forbes yang sering menulis tentang Personal Finance mengatakan, kemerosotan sebenarnya hanyalah musim bagi perekonomian dunia.

Kali ini Covid-19 yang menjadi sesuatu yang luar biasa, dan membuat pasar ambruk. Seperti ambruknya pasar perumahan pada tahun 2008.

Hal-hal itu hanyalah badai salju pertama tahun ini yang membawa musim dingin yang datang selama ini. Sekarang, musim dingin ekonomi sedang menimpa, bekerja dengan keras tanpa panik dan tetap saling membantu sesama menjadi kunci hadapi pandemi dan resesi.

Percayalah, “keadaan normal” akan kembali walaupun tidak dalam waktu dekat. Tetap optimistis!

Content retrieved from: https://www.cnbcindonesia.com/market/20220929095514-17-375839/winter-is-coming-kamu-harus-paham-cash-is-the-king.